Selama Fifi tinggal di Gresik, dia sudah 3 kali ganti pengasuh. Memang benar ucapan teman-teman, susah sekali nyari baby sitter. Wanita-wanita di tempatku lebih senang bekerja di pabrik daripada menjadi PRT.
Ketika aku masuk kerja setelah cuti bersalin, Fifi diasuh oleh Nina. Dia berumur sekitar 19 tahunan. Lulus Madrasah Aliyah dia tidak melanjutkan kuliah karena orang tuanya tidak mampu. Dia juga tidak bekerja. Dia dulunya murid Mas Rosyid. Mas Rosyid berani menjamin kalau Nina adalah anak yang jujur dan bisa dipercaya. Kekurangannya, dia belum pernah mengasuh bayi. Jadi, untuk menutupi kekurangannya itu, ibu mertuaku mentraining Nina selama seminggu. Mulai memandikan, memberi susu, menidurkan sampai mengajak bermain fifi. Untuk seorang pemula, Nina lumayan bisa diandalkan.
Selain itu, dia tidak suka nonton sinetron, ngobrol soal politik nyambung, ngobrol tentang olahraga oke. pokoknya sip deh. nyambung kalau diajak ngobrol. 1,5 bulan aku mulai nyaman dibantu Nina. aku memperlakukan dia bukan sebagai PRT, tapi lebih sebagai adik sendiri. Kemudian waktu lebaran kami mudik ke Malang. Aku libur satu minggu dan ngambil cuti setelah lebaran. Jadi fifi di Malang kurang lebih 2 minggu. Satu minggu sebelum kami kembali ke Gresik, tiba-tiba Nina datang ke rumah. Aku kira dia mau silaturahmi karena kan masih suasana lebaran. Ternyata dia mau pamit dan minta maaf karena dia mendapatkan pekerjaan yang (katanya) jauh lebih besar gajinya. Terus terang aku kaget sekali. Satu minggu lagi kami harus kembali ke Gresik, dan tiba-tiba PRT minta berhenti. Tapi harus gimana lagi.
Dalam waktu 1 minggu, alhamdulillah kami dapat pengganti Nina. Namanya Mbak Sunani. Umurnya sekitar 50 tahunan. Dia tetangga mertuaku. Sebenarnya suaminya tidak begitu setuju kalo mbak Sunani ikut kami ke Gresik. Tapi ibu mertuaku meyakinkan kalau aku akan segera pindah dan kami mungkin hanya sebentar di Gresik. Akhirnya sekarang fifi diasuh oleh Mbak Sunani. Mula-mula aku kurang sreg dengan mbak Sunani. Tapi perasaan itu aku tepis. Alhamdulillah kami dapat orang yang bisa membantu menjaga fifi, dan orang itu sudah berumur dan berpengalaman. Tapi ternyata perasaanku benar. Mbak Sunani orang yang suka mengeluh dan agak rewel. Ini gak suka itu gak suka. Aku ngalah aja, karena aku merasa butuh, yang penting fifi ada yang menjaga. Ngasih tau orang yang lebih tua memang susah. Dia selalu menjawab kalau dia sudah punya anak cucu dan semuanya ok2 aja. Pokoknya susah sekali dikasih tau. Akhirnya andalanku, adalah "ini perintah dokter". Kemudian tiba-tiba dia minta berhenti. Alasannya, anaknya yang dari Kalimantan datang. Aku dan mas Rosyid benar-benar kebingungan. Mendadak sekali. Tidak mungkin mencari pengganti dalam waktu 2 hari. AKhirnya terpaksa meminta bantuan ibu mertua. Ibu tinggal di Gresik selama 1 minggu sambil menunggu dapat pembantu baru. Satu minggu belum dapat, akhirnya Fifi aku bawa pulang ke Malang. Aku titipkan ke ibu mertua. Jadi selama 2 minggu fifi diasuh neneknya.
Aku dan Mas Rosyid hampir putus asa. Kami tidak bisa mendapatkan pengganti mbak Sunani. Akhirnya ibu menawarkan solusi. Dia menawarkan mbak Ludiyah, orang yang sudah 1 tahun bekerja membantu ibuku. Tapi mbak Ludiyah meminta gajinya dinaikkan. Kalau tidak, dia tidak bersedia karena dia sendirian menghidupi 2 anaknya yang masih sekolah. Ya sudahlah, walaupun agak keberatan dengan gajinya, yang penting fifi ada yang menjaga. Dan terbukti hingga masuk bulan ketiga dia masih bertahan dan bisa dipercaya menjaga fifi :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar