Pekerjaan membuat aku dan mas Rosyid hidup berjauhan. Aku tinggal di Gresik, sedangkan mas Rosyid tinggal di Malang. Sehari-hari aku hanya tinggal bersama fifi dan mbak Lud (pengasuh fifi). Hidup bertiga tanpa ada laki-laki di rumah membuat kami harus serba bisa mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam rumah tangga. Ada banyak kejadian yang dulu bisa membuat kami hampir menangis, tapi sekarang kalo mengingatnya, aku ingin tertawa.
Kejadian I : Gas Elpiji Habis
Biasanya kalau gas elpiji habis, aku beli di tukang air, dan aku minta sekalian memasangkan. Aku juga pernah memasang gas sendiri dan sukses. Tapi suatu hari, gas elpiji habis, dan aku minta mbak Lud untuk beli di warung. Aku pd aja, yakin kalau bisa masang. Ternyata oh ternyata, aku gagal masang. Berkali-kali aku coba tapi terus terusan gagal. Sepertinya karetnya pengamannya harus diganti. Dan aku coba ganti, tetep aja gak bisa. Padahal hari itu hari Rabu. Kalau nunggu mas Rosyid datang berati kami harus bertahan tanpa kompor selama dua hari. Gimana nih. Mau minta tolong tetangga, minta tolong siapa. Terpaksa selama 2 hari, kami harus bisa bertahan. Untuk air mandi Fifi, kami gunakan panci listrik. Karena ukurannya kecil, terpaksa masak air berkali-kali terus dimasukkan termos. Untuk makan aku dan mbak Lud, kami beli mateng. Wuih rempong boo.. Untungnya 2 hari kami bisa sukses bertahan tanpa kompor.
Kejadian II: Kucing oh kucing..
Di halaman belakang rumah ada beberapa buah pohon pisang. Secara rutin, mas Rosyid memotong pohon itu, supaya tidak bertambah tinggi. Lama kelamaan mas Rosid malas untuk memotong pohon pisang itu. Akhirnya daun pohon itu mencapai tembok pembatas rumah. Akibatnya kucing-kucing yang lewat tembok sering terpeleset dan jatuh ke halaman rumahku. Kalau yang jatuh kucing gede, biasanya bisa dengan mudah diarahkan untuk keluar. Tapi yang jadi masalah kalau yang jatuh kucing kecil. Waktu itu yang jatuh langsung 2 ekor kucing. Kecil-kecil pula. Kayaknya baru lahir. Liat orang takut. Jadi susah banget mengeluarkannya. Cara satu2nya dengan megang tuh kucing terus dibawa keluar. Masalahnya, aku dan mbak Lud sama-sama gak ada yang berani megang. Akhirnya terpaksa nunggu mas Rosyid datang hari Sabtu. Kasihan banget liat kucing-kucing kecil itu. Apalagi kalo pas hujan, kedinginan. Aku takut kalau kucing-kucing itu mati disitu. Untungnya sampai beberapa hari kucing-kucing itu bisa bertahan. Dan dengan susah payah akhirnya mas Rosyid bisa mengeluarkan kucing-kucing itu. Supaya kejadiantidak terulang, akhirnya mas Rosyid mau ‘menebang’ pohon-pohon pisang di belakang rumah J
Kejadian III : Gembok Macet
Sudah beberapa hari ini di tempatku hujan terus-terusan. Yah lumayan, mendinginkan suasana. Tapi hujan juga membawa masalah baru bagi kami. Gembok pagar yang terus-terusan terkena air hujan lama-lama jadi susah dibuka. Hari itu, mbak Lud bilang kalau air minumnya habis. Aku lalu menaruh galon di dekat pintu. Waktu tukang air lewat, langsung aja dia berhenti dan ketok2 pintu pagar. Ternyata oh ternyata, gembok pagar tidak bisa dibuka. Si tukang air juga berusaha membantu, tapi tidak berhasil juga. Sampai akhirnya kami gak jadi beli air. Kasihan kalau tukang air kelamaan disini. Setelah itu, aku nelpon mas Rosyid. Dia malah marah-marah. Dia menyuruhku menelpon pak Kodir di kantor dan meminta dia untuk bawa gergaji. Aku jelas tidak mau. Aku lalu minta olong ke Diyah untuk pinjam gergaji ke Pak Kodir dan minta dia membawanya ke rumahku. Untungnya dia mau. Sambil menunggu, mbak Lud mencoba memukul gembok dengan kunci inggris. Berkali-kali dia mencoba, akhirnya gembok bisa terbuka. Alhamdulillah..
Kejadian IV : Ada Kadal Masuk Rumah
Kalau ingat-ingat kejadian ini, aku masih merinding. Kejadiannya pagi hari, habis mandi dan siap-siap berangkat kerja. Waktu itu aku pakai baju yang sudah aku pakai kemarin. Waktu memakai baju itu, gak terasa apa-apa. Biasa-biasa aja. Sambil memakai jilbab, aku ngobrol dengan mbak Lud. Tiba-tiba di leherku terasa ada yang merayap. Secara reflek, aku mengibaskan jilbab yang mau aku pakai. Waktu menoleh ke belakang, ternyata ada kadal yang jatuh ke lantai. Kontan aku menjerit karena kaget. Fifi yang kaget mendengar jeritanku, langsung aja menangis sekencang-kencangnya. Kadal itu kemudian lari ke bawah lemari es. Aku dan mbak Lud sama-sama bingung. Tidak ada satupun dari kami yang berani mendekati kadal itu. Akhirnya mbak Lud lari memanggil tetangga sebelah untuk minta tolong. Waktu tetanggaku datang, ternyata kadal itu sudah tidak ada di bawah lemari es. Mungkin masuk ke dus-dus yang ada di bawah meja. Langsung saja, kami bertiga bongkar-bongkar. Dan ternyata tidak ketemu juga. Tetanggaku membesarkan hati kami, mungkin kadal itu sudah keluar tanpa sepengetahuan kami. Walaupun aku ragu-ragu, tapi mau gimana lagi. Aku harus segera berangkat bekerja. Yang aku takutkan kadal itu merambat ke kasur tempat Fifi bermain. Pulang kerja, mbak Lud langsung laporan, kalau dia sudah menemukan kadal itu. Ternyata kadal itu masuk ke dus kosong. Waktu itu, mendengar suara gemerisik, mbak Lud memeriksa kardus itu, dan kelihatan ekornya. Akhirnya, tanpa dibuka kardus itu dibuang ke tempat sampah.
Banyak lagi kejadian-kejadian yang membuat kami histeris. Tapi setelah kami bisa menyelesaikannya, kami bisa tertawa mengingatnya. Ditinggal ayah membuatku belajar menjadi wanita kuat dan tidak manja J